Sabtu, 26 Maret 2011

#Full - SELAMAT JALAN, SOBAT!

CERITA, NAMA TOKOH, dan LATAR (TEMPAT) adalah NYATA!
by: Berni.

**   Kisah ini ku ceritakan.. Pada saat aku duduk di bangku SMP, tepatnya kelas 8.

*     DIA PERGI ketika aku masih duduk di bangku SMP, tepatnya kelas 3. Pada saai itu aku bersekolah di SMP Negeri 1, yaitu salah satu sekolah favorit di Kota Tasikmalaya.

     "Teeeeet.." terdengar suara bel berbunyi menandakan waktunya istirahat.
"Denger-denger katanya akan ada murid baru yang masuk ke kelas kita, ya?" seorang teman bertanya padaku.
"Iya, mungkin." jawabku.
     Siang itu aku dan tiga orang temanku, yaitu Diny, Nida, dan Dianita sedang menikmati jus jambu yang kami beli di kantin.
Tiba-tiba ada seorang siswa perempuan yang memasuki kelas kami.
"Hi, teman-teman." dia menyapa kami.
"Hi.." kataku.
Dia memilih bangku paling belakang untuk duduk. Kebetulan sekali pada saat itu aku sedang duduk di bangku paling belakang kedua, tak jauh dari tempat dia duduk.
     "Kamu murid baru itu, ya?" tanyaku.
"Iya. Kenalka, namaku Friska. Aku pindahan dari SMP N 19." jawabnya.
"Namaku Berni. Senang berkenalan denganmu." kami saling berjabat tangan.
     Tidak lama kemudian bel masuk berbunyi dan pelajaran berikutnya adalah pelajaran yang kurang aku sukai sampai saat ini, yaitu Fisika.
Guru pun masuk ke kelas tetapi hanya memberikan tugas karena ada rapat mendadak. "Asik!" bisikku dalam hati.
     Dari sudut kelas, terlihat tiga temanku mendekati aku dan Friska.
"Hey, ternyata benar! Friska ini adalah murid baru yang tadi kamu maksud!" kataku, ketika Diny lah yang pertama menghampiri kami.
"Oh, nama kamu Friska, ya.." jawab Diny yang baru mengetahui nama murid baru itu.
Diny dan dua orang temanku pun menjabat tangannya.
     "Gimana kalau nanti kita pulang sekolah bareng-bareng, yuk?" Dianita mengajak Friska untuk pulang bersama kami.
"Oh, iya. Yuk! Friska setuju.
     Kami berjalan menuju depan sekolah. Bercanda-canda, menambah keakraban.
Di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba... "Eh aku sampai sini, ya? Aku naik angkot, kok. Duluaaan..." sembari melaimbaikan tangannya Friska berpamitan pada kami. Ternyata Friska pulang dengan menggunakan kendaraan umu, tepatnya angkot.
"Iya. Hati-hati di jalan, Friska." kataku.
Kami berlima berpisah menuju rumah masing-masing.

***

     Keesokan harinyapada saat jam istirahat, seperti biasa aku membeli makanan dan minuman yang sama dengan ketiga temanku sambil sesekali mengajukan pertanyaan kepada Friska, karena memang kami ingin mengenal dia lebih jauh.
     "Friska, kenapa kok kamu pindah dari sekolahmu yang dulu?" tiba-tiba Nida mengajukan pertanyaan seperti itu kepada Friska.
"Begini, ceritanya.. Dulu waktu aku lulus SD, aku pernah ikut testing di sekolah ini. Tapi mungkin memang nasibku kurang baik pada saat itu, aku tidak diterima." jawabnya panjang lebar.
"Oh, gitu ya.." Kami pun tahu apa alasan Friska pindah dari sekolahnya. "Kok, bisa?" bisikku dalam hati.
     "Meskipun kamu murid  baru disini, kamu gak usah canggung ya pada kami." begitulag Dianita memberikan sedikit masukan untuk Friska.
"Iya, makasih." jawabnya.

***

     Beberapa bulan telah berlalu. Kini kami duduk di bangku kelas 9, tepatnya 9G. Kami sudah jauh lebih mengenal Friska. Mulai dari makanan kesukaan, kegiatan sehari-harinya, kebiasaan buruknya, bahkan dengan siapa ia menjalin hubungan, kami mengetahuinya.

***

     Pada suatu hari saat pelajaran sedang berlangsung, guru menugaskan kami untuk membagi kelas, yaitu sekitar 31 orang ke dalam beberapa kelompok.
Aku, Nida, Diny, Dianita dan Friska memutuskan untuk membuat satu kelompok yang akan tampil pada saat ujian praktekm pelajan Seni Musik.
     "Nanti kita mau nyanyi lagu apa?" tanya Friska padaku.
"Bagaimana kalau lagu Big-big World dan Rindu Setengah Mati.." jawabku.
Setelah aku mengusulkan dua lagu tersebut, kami memutuskan untuk menyanyikan lagu Big-big World yang dinyanyikan oleh Emilia, dan Rindu Setengah Mati ciptaan d'Masiv band.

***

     Hari Kamis pada minggu kemudian...
"Kita sewa Studio musik, bagaimana.. Untuk latihan!" usul Diny untuk mengadakan latihan musik.
"Yuk! Tapi dimana? Yang murah.." jawabku karena aku "doyannya" yang murah-murah. hehe..
"Di dekat rumahku ada Studio musik dan harga per-jamnya pun tidak terlalu mahal, kok! Diny meyakinkan kami.
Kami pun setuju dengan usul Diny untuk menyewa Studio.

***

     Tibalah kami berlima di Studio yang dimaksud oleh Diny. Suasananya "bagus" dan tidak terlalu buruk. Maklumlah kan harga perjamnya "Rp. ada, deh." hehe.
"Jreeeng..." Aku memastikan bahwa Gitar yang aku pegang, memiliki nada yang pas untuk memainkan dua lagu yang kami rencanakan. Sementara Nida, Dianita, dan Friskamenyiapkan "microphone" yang akan mereka pakai.
Diny menabuh drum seakan-akan dia pandai memainkannya.
     Latihan pun dimulai. Aku mulai memainkan intro lagu yang pertama akan kami nyanyikan, yaitu Big-big World.
"I'm a big big girl. In a big big world. It's not a big big thing if you leave me..." kami pun bernyanyi.
     Tidak terasa begitu cepat berjalannya waktu, ternyata kami sudah berjam-jam berada di Studi Musik tersebut dan kami memutuskan untuk melanjutkan kalitan ini besok. Kami pun pulang dengan perasaan senang karena baru pertama kali ini kami, khususnya aku mendatangi Studi Musik.

***
# Singkat waktu

     Keesokan harinya.. Kami melanjutkan latihan musik yang kemarin sempat tertunda. Kami pun mendatangi Studio yang kemarin kami datangi.
     "Aku ingin engkau ada disini. Menemaniku saat sepi. Menemaniku saat gundah..." kami menyanyikan lagu ini dengan penuh penghayatan karena lagu ini selain mudah di hapal, juga menggunakan bahasa Indonesia yang tentu saja kami lebih mengetahui maknanya dibandungkan dengan lagu yang menggunakan bahasa Inggris seperti Big-big World yang kami nyanyikan kemarin.
     Ku lihat raut wajah teman-temanku pada saat itu. Mereka terlihat gembira, tanpa beban, mengikuti latihan musik kali ini. Apalagi Friska yang hobinya memang bernyanyi, pasti dia sangat menyukai kegiatan ini.
     Saat itu aku agak sedikit aneh dengan pandangan mata Friska, terutama kulit wajahnya. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung perasaanya, tapi aku coba menanyakan hal tersebut kepadanya.
     "Friska, wajahmu putih sekali tidak seperti hari-hari biasanya.." kataku.
Dia hanya tersenyum, tidak menjawab pertanyaanku karena dia terlihat sedang asyik bernyanyi.
Ya sudahlah.. Aku pikir mungkin dia memakai pelembap atau bedak terlalu tebal. Aku pun tidak ambil pusing.
     Di tengah-tengah latihan,tiba-tiba Dianita keluar dari ruangan Studio untuk mengangkat teleponnya.
Beberapa menit kemudian dengan nada kecewa, dia memberi tahu bahwa dia harus segera pulang karena sudah ditelepon oleh ibunya. Dia pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti perkataan ibunys.
     "Pulang aja, yuk! Lagipula kan udah sore." Dianita mengajak kami pulang. Kami pun pulang..

***

     Waktu ujian praktek Seni Musik sudah semakin dekat. Kami optimis untuk bisa menampilkan yang terbaik agar kami mendapatkan nilai bagus untuk mata pelajaran Seni Musik. Dan sejak saat itulah latihan musik menjadi rutinitas kami sehari-hari.

***

     Pagi itu terlihat murid-murid nerhamburan keluar kelas untuk mempersiapkan kelompok musik mereka, begitu juga dengan kami.
Kami mempersiapkan peralatan yang akan kami gunakan, seperti alat musik, microphone, dll.
     "Bagaimana dengan nasib kelompok musik kami?" tanyaku dalam hati karena sebagian dari mereka telah menampilkan penampilan terbaiknya.
     "Sekarang giliran kita." ajak Diny untuk memasuki ruang musik.
Dengan semangat, kami pun memasuki ruang musik yang telah disiapkan.
Aku segera mengambil gitar yang siap aku petik. Satu persatu lagu kami nyanyikan. Antusiasme penonton tidak mengecewakan pada saat itu. Dan itu artinya penampilan kami tidak terlalu buruk. Ditambah lagi dengan komentar dari guru musik yang sama sekali tidak "pedas", semakin menguatkan dugaan.
     Hilanglah semua perasaan tegang yang sebelumnya kami rasakan setelah kami keluar dari ruangan msuik yang berdinding hujau telur asin tersebut. Syukurlah latihan yang lami lakukan selama ini tidak sia-sia.
     "Sekarang, kita tinggal menunggu hasilnya." ucap Dianita yang berharap untuk mendapatkan nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang tentu saja kami juga menginginkannya.

***

     Beberapa hari kemudian, di sekolah kami menerima selebaran kertas dan isinya ternyata memuat waktu dan tempat dimana kami bisa mengambil raport yang selama ini kami tunggu-tunggu. Dengan rasa cemas, aku mencoba mengira-ngira nilai yang akan kami dapat.
     Satu persatu dari kami sudah mulai menerima raport. Kami sengaja tidak membukanya terlebih dahulu karena berniat untuk membukanya bersama-sama.
Sekrang hanya tinggal Nida yang belum mendapatkan raportnya.
     "Nida!" wali kelas memanggilnya dan dia pun segera mengambil raportnya.
Segeralah dia memberikan aba-aba  kepada kami untuk segera membuka raport kami masing-masing.
"1, 2, 3.." Kami membuka raport dengan hati-hati dan penuh harapan, bahwa kami mendapatkan nilai yang memuaskan. Dan syukurlah... Nilai semua mata perlajaran yang kami dapat tidak mengecewakan. Tak ada satupun diantara kami yang mendapatkan nilai di bawah KKM.

***

     Libur sekolah cukup membuatku rindu pada teman-temanku, terutama Diny, Nida, Dianita, dan Friska yang selalu membuatku tertawa setiap hari.

     Tanggung jawab kami kali ini lebih berat dibandingkan sebelumnya. Kini kami dihadapkan pada satu keadaan dimana kami harus belajar lebih giat lagi, yaitu UN (Ujian Nasional). Selama 3 tahun kami belajar di bangku SMP, UN inilah yang menentukan lulus atau tidaknya kami dari sekolah ini. Tentu saja kami berharap kami bisa lulus 100%. Juga dinyatakan lulus pada Ujian sekolah.
     Bimbingan (pengayaan) ataupun Try Out yang diadakan sekolah khusus untuk kelas 3 dengan tujuan memantapkan empat mata pelajaran, yaitu IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, membuat waktu bermain kami berkurang.
Meskipun demikian, toh kami pun masih bisa bertemu di sekolah.

***

     "Kalian harus belajar lebih giat lagi dan memperbaiki cara belajar kalian. Agar pada saat UN yang tinggal beberapa hari lagi akan kalian hadapi,kalian mendapatkan nilai yang maksimal." wali kelas kami memberikan nasihat dengan harapan kami semua bisa lulus 100% tanpa adanya nilai yang kurang meskipun hanya satu mata pelajaran.
Pada saat itulah kami memiliki niat untuk merubah cara belajar kami. Tidak jarang kami mengadakan kerja kelompok untuk membahas soal-soal yang diberikan guru.
     Aku mulai membelialat tulis, seperti pensil, penghapus, penggaris, dll yang akan aku pakai untuk mejawab soal-soal UN besok.

***

     Pagi itu, sekitar pukul 7 aku sudah berada di sekolah. Karena waktu pelaksanaan Ujian Nasional adalah pukul 7.30, aku masih memiliki waktu 30 menit untuk menemui Nida, Diny, Dianita, dan Friska. Kami saling memberi semangat dan saling mendo'akan agar kami bisa menjawab soal-soal dengan mudah.

***

     Kami senang sekali karena hari ini adalah hari terakhir kami mengerjakan soal-soal UN. Tapi disisi lain, kami juga merasa cemas dengan nilai yang akan kami dapat. Ditambah lagi dengan Ujian sekolah.
     Setelah menghadapi Ujian Nasiona, dan Ujian Sekolah, kami berlima sempat "ber-refreshing", makan-makan di salah satu "Restaurant" yang letaknya tidak berjauhan dengan rumah Nida. Meskipun sederhana, kami tidak mempermasalahkan makanan atupun minuman yang kami beli, tetapi kami lebih mengutamakan kebersamaan.
Selain foto bersama, kami juga membicarakan tentang rencana SMA mana yang akan kami masuki setelah lulus SMP nanti.

***

     Sabtu pagi, seperti biasa aku bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Namun kali ini, tidak ada jam pelajaran satupun karena sudah tidak ada lagi tugas yang harus aku selesaikan, selain menunggu hasil UN.
     Sesampainya di sekolah, hanya Friska yang aku lihat. Aku pun mencoba menghubungi Diny, Nida, dan Dianita via SMS. Ternyata mereka bertiga tidak akan datang ke sekolah hari ini karena sudah menjadi kebiasaan anak sekolah, termasuk aku, maunya libur. Apalagi mereka tahu bahwa sekarang tidak ada jam pelajaran di sekolah
     Hari itu aku mneghabiskan waktu hanya dengan Friska. Tidak banyak yang bisa kami lakukan karena aku rasa, bosan juga berlama-lama berada di lingkungan sekolah tanpa adanya kegiatan.
     "Ber! Mau gak kamu nganterin aku ke toko "accessories" ?" tidak sungkan, Friska memintaku untuk mengantarkannya ke salah satu toko yang ada di dekat Mayasari Plaza. Aku pun meng-iyakan saja karena tidak ada salahnya jika aku mengantarnya. Toh di sekolah pun kami hanya bengong.

***

     Aku dan Friska berjalan menuju area parkir RS. Jasa Kartini untuk mengambil kendaraanku, dan segeralah kami berdua ke tempat tujuan.
     Sesampainya disana, aku hanya bisa menggeleng-geleng kepala melihat Friska membeli macam-macam accessories, mulai dari ikat rambut, jepit, bando, dll.
Pada saat itu aku hanya membeli sebuah celengan, karena aku kurang menyukai barang-barang yang dujual ditoko tersebut, yang saebagian besarnya adalah mainan anak-anak.
Dia itu feminim sekali, sama sekali bertolak belakang denganku.
     Setelah aku dan Friska membayar barang yang kami beli, kami pun segera pulang.

***

     "Berni..." sore itu kudengar ada seseorang yang memanggilku dari luar pagar rumah. Dan aku pun segera menghampirinya.
     "Hey, Nani! Ada apa?" dari kejauhan yang aku lihat adalah Nani, teman sekelasku.
     "Ber, tadi sore Friska kecelakaan. Sekarang dia ada di Rumah Sakit Umum dan belum sadarkan diri." jawabnya panik.
     Aku sangat terkejut mendengar berita itu. Bagaimana tidak... 3 jam sebelumnya, aku masih bersama dengan Friska.
Selebihnya, Nani menceritakan kronologis kejadiannya. Ternyata Friska mengalami kecelakaan di perjalanan saat ia menuju SMAN 4, untuk daftar kemudian mengikuti testing calon siswa baru. Padahal beberapa hari kebelakang, dia sudah mendaftar ke SMAN 3, bersamaan denganku.
Aku dan Nani berniat untuk menjenguknya besok. Karena pada saat Nani datang ke rumahku, hari sudah sore. Nani pun berpamitan untuk pulang.
     Aku segera memberitahu berita ini pada Diny, Nida, dan Dianita. Setelah mengetahuinya, mereka mengalami hal yang sama denganku, TERKEJUT!

***

     Pagi yang berduka cita ini, aku mencoba untuk mengajak Diny, Nida, dan Dianita ke Rumah Sakit Umum untuk menjenguk Friska. Dan merka setuju.
     Beberapa saat kemudian, aku menerima pesan via SMS.
"innalilahi wainalilahi rojiun..." aku tidak membaca pesan itu hingga akhir, karena aku rasa itu adalah SMS jail seperti yang aku dapatkan beberapa hari yang lalu dari Diny. Aku pun tidak ambil pusing dengan SMS tersebut. Tapi ada perasaan yang membuatku ingin membaca pesan itu.. Setelah aku baca, beberapa kali aku mengatakan "ini apasti lelucon!" AKU TIDAK PERCAYA!
     "Ini benar!" Diny berusaha meyakinkanku. Aku tetap tidak percaya!
     Lagi-lagi aku mendapatkan satu pesan yang sama, dan lagi-lagi aku tidak ambil pusing dengan pesan tersebut.
     "Friska meninggal? Aku tidak percaya!" keyakinanku dalam hati.
     Beberapa saat kemudian, aku menerima pesan dari guruku yang mengatakan bahwa Friska benar-benar telah meninggal dunia di perjalanan saat menuju salah satu Rumah Sakit yang ada di Bandung.

***

     Siang itu aku dan teman-teman sekelasku mengunjungi rumah Alm. Friska. Pada saat itu, tidak ada satupun dari kami yang tidak meneteskan air mata.
     Di rumahnya, aku melihat ke arah kamar Friska. Foto, sepatu, bahkan tas sekolah yang tampak masih kotor mungkin karena kecelakaan motor yang baru saja ia alami.
     Aku bertanya-tanya dalam hati "Apakah benar apa yang kini sedang terjadi?" dan sekali lagi aku benar-benar tidak percaya. Tapi itulah kenyataan.. Tak ada satupun yang bisa melawan kehendak Tuhan. Mugkin Tuhan merencanakan sesuatu yang lebih baik dibalik musibah ini.
     Kami mendatangi makam Alm. Friska. Tidak ada perasaan lain yang kami rasakan, sedih.. Kehilangan seorang sahabat.
     Pada saat itu, aku memikirkan kejadian beberapa minggu lalu, saat kami sedang berada di sebuah Studio musik.. Aku melihat keanehan pada warna kulit Friska, terutama wajahnya.
Aku teringat pada apa yang pernah aku dengar dari apa yang sering orang katakan, bahwaseseorang yang akan meninggal dunia, gerak-gerik, tatapan mata, bahkan warna kulit, akan terlihat berbeda. Dan benar kejadian yang pernah aku alami, dimana pada saat itu aku melihat gerak-gerik Frsika seperti orang yang sedang kebingungan. Tatapan matanya, sama sekali kosong seperti sedang melamunkan sesuatu. Warna kulit wajahnya terlihat pucat, bak mayat. Tapi aku rasa ini hanyalah kebetulan. Jadi "jangan sesekali Anda beranggapan bahwa orang yang memiliki ciri-ciri demikian, lalu Anda menyimpulkan bahwa seseorang itu akan segera PERGI."
     Lagi-lagi aku tidak berhenti membayangkan saat aku masih bersamanya. Kenangan saat kami bercanda bersama..

***

     Hari ini, aku akan mengikuti testing di SMA Negeri 3 Tasikmalaya. Dan ku lihat bangku yang ada di barisan paling belakang, kosong.. Seharusnya hari ini Friska bersamaku, mengikuti testing. Namun, murid baru yang kemudian menjadi sahabat kami itu, kini telah tiada..



THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar